Jakarta, Harian Umum - Anggota Komisi B Dwi Rio Sambodo mendorong evaluasi menyeluruh terhadap jajaran manajemen dan direksi PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA).
Pasalnya, perusahaan plat merah tersebut mencatat penurunan laba bersih hingga 41,6 persen pada kuartal III tahun 2025.
Menurut Rio, kondisi demikian perlu audit kinerja secara komprehensif. Memastikan pengelolaan dan strategi operasional perusahaan berjalan efektif.
“DPRD akan mendorong adanya audit dan pengawasan yang ketat, mengingat Ancol merupakan salah satu tempat rekreasi terbesar di DKI Jakarta yang banyak diminati masyarakat,” ujar Rio, Kamis (23/10).
Ia menegaskan, kinerja direksi dan manajemen memiliki tanggung jawab besar terhadap strategi bisnis dan pengelolaan operasional. Sebab berdampak langsung pada kinerja keuangan perusahaan daerah.
Karena itu, transparansi dan profesionalisme di tubuh manajemen menjadi hal penting. Sehingga berpeluang peningkatan mutu pelayanan publik.
“Pelayanan yang baik akan berdampak pada kepercayaan publik dan peningkatan kinerja keuangan BUMD itu sendiri,” tandas dia.
PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat laba bersih tahun berjalan sebesar Rp58,6 miliar hingga kuartal III 2025.
Terjadi penurunan 41,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, sebesar Rp100,5 miliar.
Penurunan laba akibat kemerosotan pendapatan hingga 9,4 persen. Dari Rp881,4 miliar menjadi Rp798,5 miliar.
Meski beban pokok pendapatan turun Rp22,3 miliar, beban langsung meningkat menjadi Rp417,6 miliar. Laba kotor ikut menyusut menjadi Rp358,4 miliar dari Rp438,3 miliar.
Selain itu, beban administrasi dan penjualan meningkat. Mendorong penurunan laba usaha menjadi Rp164,2 miliar, dari Rp238,3 miliar pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, rugi bersih investasi ventura bersama naik menjadi Rp437 miliar. Laba sebelum pajak turun menjadi Rp87,9 miliar, dari Rp143,4 miliar.
Sedangkan total aset PJAA hingga kuartal III 2025 tercatat Rp3,43 triliun. Kondisi itu menurun dibandingkan posisi akhir 2024 yang mencapai Rp3,59 triliun.
Anggota Komisi B Dwi Rio Sambodo mendorong evaluasi menyeluruh terhadap jajaran manajemen dan direksi PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA).
Pasalnya, perusahaan plat merah tersebut mencatat penurunan laba bersih hingga 41,6 persen pada kuartal III tahun 2025.
Menurut Rio, kondisi demikian perlu audit kinerja secara komprehensif. Memastikan pengelolaan dan strategi operasional perusahaan berjalan efektif.
“DPRD akan mendorong adanya audit dan pengawasan yang ketat, mengingat Ancol merupakan salah satu tempat rekreasi terbesar di DKI Jakarta yang banyak diminati masyarakat,” ujar Rio, Kamis (23/10).
Ia menegaskan, kinerja direksi dan manajemen memiliki tanggung jawab besar terhadap strategi bisnis dan pengelolaan operasional. Sebab berdampak langsung pada kinerja keuangan perusahaan daerah.
Karena itu, transparansi dan profesionalisme di tubuh manajemen menjadi hal penting. Sehingga berpeluang peningkatan mutu pelayanan publik.
“Pelayanan yang baik akan berdampak pada kepercayaan publik dan peningkatan kinerja keuangan BUMD itu sendiri,” tandas dia.
PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat laba bersih tahun berjalan sebesar Rp58,6 miliar hingga kuartal III 2025.
Terjadi penurunan 41,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, sebesar Rp100,5 miliar.
Penurunan laba akibat kemerosotan pendapatan hingga 9,4 persen. Dari Rp881,4 miliar menjadi Rp798,5 miliar.
Meski beban pokok pendapatan turun Rp22,3 miliar, beban langsung meningkat menjadi Rp417,6 miliar. Laba kotor ikut menyusut menjadi Rp358,4 miliar dari Rp438,3 miliar.
Selain itu, beban administrasi dan penjualan meningkat. Mendorong penurunan laba usaha menjadi Rp164,2 miliar, dari Rp238,3 miliar pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, rugi bersih investasi ventura bersama naik menjadi Rp437 miliar. Laba sebelum pajak turun menjadi Rp87,9 miliar, dari Rp143,4 miliar.
Sedangkan total aset PJAA hingga kuartal III 2025 tercatat Rp3,43 triliun. Kondisi itu menurun dibandingkan posisi akhir 2024 yang mencapai Rp3,59 triliun.







